V.
PEMBELIAN
A.
PROSES PEMUTUSAN PEMBELIAN
Proses keputusan
pembelian dipengaruhi unsur psikologis yang
menentukan tipe pembelian yang mereka buat meliputi motivasi, persepsi,
belajar,kepribadian dan sikap.
a. Adanya
Kebutuhan Kesenjangan antara keadaan faktual
dengan keadaan yang diinginkan konsumen.
Kebutuhan ini dapat dirasakan baik melalui
rangsangan dari luar maupun dari dalam diri konsumen seperti
lapar dan haus.
b. Pencarian
informasi sebelum pembelian Informasi dibutuhkan sebagai alat
pertimbangan dari berbagai alternatif yang ada. Informasi
tersebut, dikumpulkan dalam jumlah lebih
dari satu yang dapat mempunyai kesamaan,
melengkapi bahkan berbeda dalam keberadaannya.
Persamaan informasi mendukung daya kepercayaan
dimana perbedaan memberikan alasan untuk
evaluasi kesesuaian dengan kebutuhan maupun keinginan
konsumen.
c. Evaluasi
alternatif Perbandingan dari berbagai alternatif
yang tersedia sehingga diperoleh pilihan terbaik.
Penilaian ini
menimbulkan rasa puas atau tidak puas
konsumen yang memberikan pengaruh terhadap
tindakan selanjutnya mereka terhadap produk maupun
organisasi sebagai umpan balik berupa pengalaman pembelian. Model
keputusan pembelian telah dikemukakan memperlihatkan adanya tiga
klasifikasi, yaitu: input, proses, dan output. Input menentukan proses yang
kemudian menghasilkan output berupa pembelian.
Proses yang meliputi variabel pembuatan
keputusan, unsur psikologis, pengalaman
berlangsung dalam diri konsumen ditentukan input yang bersumber dari luar individu konsumen berupa usaha pemasaran, lingkungan sosial budaya. Keputusan pembelian berlangsung dalam diri individu konsumen meliputi adanya kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif yang menghasilkan output pembelian. Berdasarkan hal tersebut, keputusan pembelian dipengaruhi faktor-faktor baik dari luar maupun dari dalam diri konsumen dimana belum mencapai tindakan pembelian.
berlangsung dalam diri konsumen ditentukan input yang bersumber dari luar individu konsumen berupa usaha pemasaran, lingkungan sosial budaya. Keputusan pembelian berlangsung dalam diri individu konsumen meliputi adanya kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif yang menghasilkan output pembelian. Berdasarkan hal tersebut, keputusan pembelian dipengaruhi faktor-faktor baik dari luar maupun dari dalam diri konsumen dimana belum mencapai tindakan pembelian.
1) Kesadaran
Konsumen Terhadap Kebutuhan dan Keinginannya Dapatnya
kebutuhan diklasifikasikan oleh beberapa ahli
memberikan gambaran kebutuhan konsumen tetap
dalam jangka waktu yang lama.Pengembangan
atau kombinasi dari kebutuhan tersebut,
mempunyai jangka waktu aktif lebih temporer
dan berlangsung pada individu konsumen. Manusia membutuhkan makanan dalam
keadaan lapar atau minuman dalam keadaan
haus dimana Zuwandi seorang muslim minum
air dingin yang tidak beralkohol. Abraham
Maslow (Pramudya Sunu,1999:6) mengklasifikasikan kebutuhan
secara sistematik ke dalam lima kategori sebagai berikut:
a. Kebutuhan
fisiologis Kebutuhan yang paling pokok, seperti sandang, pangan, dan papan.
b. Kebutuhan
rasa aman Jika kebutuhan fisiologis terpenuhi
maka kebutuhan rasa aman muncul menggantikannya.
Hal ini menjadi kebutuhan yang berusaha dipenuhi. Oleh sebab itu,
kebutuhan ini akan memotivasi seseorang seperti jaminan keamanan.
c. Kebutuhan
sosial Jika kebutuhan fisiologis dan rasa
aman terpenuhi maka kebutuhan itu tidak
lagi memotivasi perilaku. Selanjutnya, kebutuhan
sosial yang menjadi motivasi aktif perilaku seperti
afiliasi, memberi dan menerima kasih sayang serta persahabatan.
d. Kebutuhan
ego Kebutuhan yang berkaitan dengan
kehormatan diri, reputasi seseorang seperti
pengakuan, dan penghormatan. 5.Kebutuhan perwujudan diri
Kebutuhan yang hanya mulai mendominasi
perilaku seseorang jika semua kebutuhan
pada tingkat yang lebih rendah terpenuhi.
Kebutuhan tersebut, merupakan kebutuhan yang
dimiliki semua orang untuk menjadi orang
yang memiliki kemampuan untuk mewujudkannya seperti pegawai yang
mengikuti kuliah untuk mencapai jenjang pendidikan lebih tinggi.
Ada empat
sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen:
·
Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang
membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternative produk
yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang
ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat
mengidentifikasikan satu alternative yang terbaik, disebut economic man. Tidak
reatistis karena:
i. Manusia
memiliki keterbatasan kemampuan, kebiasaan dan gerak. Contoh; orang yang tidak
terampil berkomunikasi akan malas bertanya.
ii. Manusia
dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan. Contoh; seorang perempuan yang ingin
menghangatkan badan tidak harus pergi ke kota untuk membeli ronde, cukup dengan
membuat kopi panas untuk memenuhi tujuannya.
iii. Manusia
dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki.
Tidak semua informasi mengenai produk bisa mereka pahami, kriteria evaluasi yang ingin mereka bentuk pun tidak akan setepat economic man.
Konsumen tidak membuat keputusan yang rasional, tetapi keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang cukup baik.
Tidak semua informasi mengenai produk bisa mereka pahami, kriteria evaluasi yang ingin mereka bentuk pun tidak akan setepat economic man.
Konsumen tidak membuat keputusan yang rasional, tetapi keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang cukup baik.
·
Sudut Pandang Pasif
Sudut pandang ini berlawanan
dengan sudut pandang ekonomis, konsumen pada dasarnya pasrah pada kepentingan
sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi dari para pemasar.
Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsive dan irasional.
Kelemahannya adalah pandangan
ini tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa konsumen memainkan peranan penting
dalam setiap pembelian yang dilakukan, baik dalam mencari informasi tentang
berbagai alternative produk, maupun dalam menyeleksi produk yang dianggap akan
memberikan kepuasan.
·
Sudut Pandang Kognitif
Konsumen sebagai cognitive
man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang
selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah
informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk
membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan
passive man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang
berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan
keputusannya (heuristic) pada keputusan yang memuaskan.
·
Sudut Pandang Emosianal
Menekankan emosi sebagai
pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya
seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi.
Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi. anggapan
emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar.
Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
B.
MEMILIH ALTERNATIF TERBAIK
Setelah konsumen menerima
pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau
menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang
diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen.
Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta
pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut
keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.
Keputusan adalah suatu
pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila seseorang
dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli,
maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan
setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan,
konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang
sesuai. Tiga tingkatan dalam pemecahan ini; Pemecahan masalah yang mensyaratkan
respons yang rutin.
Keputusan yang diambil tidak
disertai dengan usaha yang cukup untuk mencari informasi dan menentukan
alternatif. Kebiasaan berjalan secara otomatis, prilaku seseorang merupakan
respon terhadap rutinitas karena dilakukan berulang-ulang seringkali tanpa
disadari.
Pemecahan masalah dengan
proses yang tidak berbelit-belit (terbatas).
Pemecahan masalah ini menyebabkan seseorang tidak peduli dengan ada tidaknya informasi dengan menggunakan criteria yang kurang lebih sudah terbentuk, untuk mengevaluasi kategori produk dan mereknya. Tidak mengevaluasi setiap atribut dan fitur produk dalam memilih mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan (pemecahan masalah yang intensif). Di tingkat ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku. Prosesnya lebih rumit dan panjang mengikuti proses tradisional. Mulai dari sadar akan kebutuhan, motivasi untuk memenuhi kebutuhan, mencari informasi, mengembangkan alternative, memilih satu dari berbagai alternatif dan memutuskan untuk membeli. Terutama menyangkut produk yang gampang terlihat oang lain dan sangat mempengaruhi citra diri sosial seseorang (significant others; orang lain yang signifikan bagi kehidupan seseorang, terutama citra dirinya).
Pemecahan masalah ini menyebabkan seseorang tidak peduli dengan ada tidaknya informasi dengan menggunakan criteria yang kurang lebih sudah terbentuk, untuk mengevaluasi kategori produk dan mereknya. Tidak mengevaluasi setiap atribut dan fitur produk dalam memilih mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan (pemecahan masalah yang intensif). Di tingkat ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku. Prosesnya lebih rumit dan panjang mengikuti proses tradisional. Mulai dari sadar akan kebutuhan, motivasi untuk memenuhi kebutuhan, mencari informasi, mengembangkan alternative, memilih satu dari berbagai alternatif dan memutuskan untuk membeli. Terutama menyangkut produk yang gampang terlihat oang lain dan sangat mempengaruhi citra diri sosial seseorang (significant others; orang lain yang signifikan bagi kehidupan seseorang, terutama citra dirinya).
Meliputi dua tahap yaitu menetapkan
tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif
pembelian berdasarkan tujuan pembelian. Tujuan pembelian bagi masing – masing
konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Misalnya
Wika menginginkan sebuah notebook baru merk Toshiba Libretto W100 (desired
state) padahal sebelumnya sudah mempunyai notebook Acer (actual state).
Pemilihan merek Toshiba Libretto W100 sendiri muncul setelah melewati
evaluation of alternatives, yakni menimbang-nimbang antara merek yang satu
dengan merek yang lain yang terdiri dari merek yang sudah ada dalam kepala dan
ada kemungkinan akan dibeli (evoked set), merek yang ada dalam kepala konsumen
namun tidak akan dibeli (inert set) dan merek yang tidak diketahui konsumen
(inept set).
Selanjutya, dari sini
terjadilah pertentangan antara actual state dan desired state yang disebut
sebagai significant different. Dari proses significant different apabila
hasilnya negatif berarti Wika sudah merasa berada dalam ideal state. Apabila
hasilnya positif akan menuju proses selanjutnya yakni problem definition. Dalam
proses ini, Wika akan memastikan kembali apakah ia benar-benar membutuhkan
notebook tersebut atau cukup dengan notebook yang sudah ada saat ini. Problem
definition berlanjut menimbulkan hasil pemikiran yang disebut effect of problem
definition. Dalam tahap terakhir ini, keputusan final Wika apakah ia akhirnya
menunda pembelian notebook baru (hold) atau mencari informasi lebih lanjut
mengenai notebook Toshiba Libretto W100 (information search).
Proses itu kemudian tidak
berhenti sampai disitu, terdapat langkah selanjutnya dalam information search.
Dalam information search, terdapat dua bagian, yakni internal dan eksternal.
Internal berarti informasi suatu produk muncul dari dalam dirinya sendiri,
misalnya pernah membeli barang tersebut sebelumnya. Sedangkan eksternal,
berarti informasi didapatkan di luar diri, misalnya lewat tvc, obrolan dengan
teman, atau bisa juga pengaruh keluarga. Hal ini berhubungan dengan the hierarchy
of effect yang terbagi dua, yakni high involvement hierarchy yang membutuhkan
informasi lebih jauh dengan mencari informasi lebih lanjut (eksternal)
dan low involvement of effect yang membutuhkan informasi yang lebih sedikit
yakni informasi yang sudah ada di dalam diri saja (internal).
Selanjutnya, masuk ke dalam
purchase decision, misalnya akhirnya Wika memutuskan untuk membeli Toshiba
Libretto W100. Purchase decision ini dipengaruhi oleh motive arousal. Misalnya
Wika membeli notebook tersebut kondisi situasional yang menginginkan keadaan
lebih baik dengan membeli barang yang lebih baik. Selain itu, pembelian
notebook itu, dapat memperkuat self concept Wika sebagai gadget freak yang
ingin tampil beda.
Setelah akhirnya suatu barang
selesai dibeli, akan masuk ke tahap berikutnya yakni Post-Purchase Behavior.
Pada tahap ini, pembelian yang sudah dilakukan ditinjau kembali, apakah timbul
rasa puas atau tidak. Misalnya kembali ke contoh atas, setelah Wika akhirnya
membeli Toshiba Libretto W100, muncul ketidakpuasan dalam dirinya, karena
notebook tersebut tidak menggunakan vga discrete tapi malah menggunakan vga
onboard yang akhirnya membuat Wika tidak puas (dissatisfaction).
C.
MEMILIH SUMBER SUMBER PEMBELIAN
Pencarian informasi dapat
bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal, pencarian informasi yang
bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat
perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif
hanya dengan membaca iklan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan
khusus tentang gambaran produk yang diinginkan.
Pencarian informasi internal
tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari komunikasi perorangan dan
pengaruh perorangan yang terutama berasal dari komunikasi perorangan dan
pengaruh perorangan yang terutama berasal dari pelopor opini, sedangkan
informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber informasi dari kegiatan pemasaran
perusahaan.
·
Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
·
Sumber komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan,
pajangan
·
Sumber public : media massa, organisasi penilai konsumen
·
Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk
VI.
SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
A.
Sumber Daya Ekonomi
- pengertian sumber daya ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi
ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu
sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural
resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat
memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar
pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara
struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan
energi sinar matahari, panas bumi, atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat
mengurangi ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbarui. b. sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable or
exhaustible resources). Jenis sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya
alam yang mensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta
mineral yang non energi seperti misalnya : tembaga,
nikel,aluminium,dll.Sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya alam dalam
jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral deposits) diberbagai tempat
dimuka bumi. Sumberdaya alam jenis ini bisa habis baik karena sifatnya yang
tidak bisa diganti oleh proses alam maupun karena proses penggantian alamiahnya
berjalan lebih lamban dari jumlah pemanfaatannya. sumberdaya alam yang
potensial untuk diperbarui (potentially renewable resources).
Kategori sumberdaya alam ini tergolong sumberdaya alam yang
bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun
demikian lambat laun akan dapat diganti melalui proses alamiah misalnya ;
pohon-pohon di hutan, rumput di padang rumput, deposit air tanah, udara segar
dan lain-lain Sumberdaya alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal
mungkin dalam kerangka untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses
pembangunan wilayah (daerah). Namun demikian penting untuk diperhatikan aspek
ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah,
karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak
bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika
pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu
yang tidak bisa dihindarkan.
Disamping komponen sumberdaya alam, pada saat ini peranan
sumberdaya manusia (human resources) dalam konteks kegiatan pembangunan ekonomi
termasuk pembangunan ekonomi daerah (wilayah) semakin signifikan. Faktor
sumberdaya manusia ini telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam
telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia
sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional
maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan
sumberdaya manusia (human resources development) dianggap sangat relevan dan
cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara
berkembang sejak era 80-an. Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan
oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang
bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation
Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa pengembangan
sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan
ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting
mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara
industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar
hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat
signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Dari pola pemikiran seperti diatas maka takaran peranan
sumberdaya manusia dalam proses pembangunan ekonomi dalam konteks untuk
mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi pada dasarnya harus dilihat dari
aspek peningkatan kualitasnya. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang semakin
meningkat, akan dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus
sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Bagi kebayakan
negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya sudah tergolong lebih maju,
produktivitas sumberdaya manusia secara teknis telah dijadikan sebagai
instrumen terpenting untuk mempertahankan pencapaian laju pertumbuhan ekonomi,
sekaligus dalam upaya untuk memperkuat basis struktural perekonomiannya. Dalam
era globalisasi, kualitas sumberdaya manusia yang handal akan sangat membantu
suatu negara untuk memenangkan kompetisi atau persaingan dalam perekonomian
global sekaligus dapat menjaga eksistensi negara tersebut dalam percaturan dan
dinamika perekonomian dunia yang semakin kompetitif.
- Sumber Daya Sementara
Ø
Waktu menjadi variabel yang semakin
penting dalam memahami perilaku konsumen.
Ø
Karena konsumen mayoritas semakin
mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang
dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang.
Ø
Sumber daya kognitifProduk yang
diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut barang waktu (time
goods).
a) Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya.
Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan
pribadi, pulang pergi (waktu wajib).
b) Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen
meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput,
fast food
- Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk
secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya
dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan
ke dalam konstruktivisme.
- Periode Sensorimotor
Menurut Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan
selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
1.
Sub-tahapan skema refleks,
muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan
refleks.
2.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular
primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama
dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular
sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.
Sub-tahapan koordinasi reaksi
sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular
tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6.
Sub-tahapan awal representasi
simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas
- Kandungan Pengetahuan :
Ø
Pengetahuan
Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian.
Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki
konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait
dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
Pengetahuan Konsumen terbagi kedalam tiga macam:
1.
Pengetahuan Produk
2.
Pengetahuan Pembelian
3.
Pengetahuan Pemakaian
Keterangan:
1.
Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi
mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi
produk, atribut atau fitur produk, harga produkdan kepercayaan mengenai produk.
Jenis Pengetahuan Produk:
a.
Pengetahuan tentang karakteristik
atau atribut produk
b.
Pengetahuan tentang manfaat produk
c.
Pengetahuan tentang kepuasan yg
diberikan produk kepada konsumen
2)
Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan tentang toko,
lokasi produk di dalam toko dan penempatan produk yang sebenarnya di dalam toko
tersebut. Konsumen cenderung lebih senang mengunjungi toko yang sudah
dikenalnya untuk berbelanja, karena telah mengetahui dimana letak produk di
dalam toko tersebut.
Perilaku Membeli:
a.
Store Contact
Meliputi tindakan mencari outlet, pergi ke outlet dan
memasuki outlet.
b.
Product Contact
Konsumen akan mencari lokasi produk, mengambil produk
tersebut dan membawanya ke kasir.
c.
Transaction
Konsumen akan membayar produk tersebut dengan tunai, kartu
kredit, kartu debet atau alat pembayaran lainnya.
3)
Pengetahuan Pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika
produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa
memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus
bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar.Produsen
berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui
cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting
bagi konsumen.
VII.
SIKAP,
MOTIVASI DA KONSEP DIRI
- Komponen Sikap
Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude) yaitu :
- Kognitif (cognitive) : Berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi
dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
- Afektif (affective) :
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek
sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
obyek tertentu.
- Konatif (conative) : Komponen
konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
- Sifat – Sifat Sikap
Definisi sikap konsumen terhadap merek adalah mempelajari
kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak
disenangi secara konsisten. Dengan demikian, konsumen mengevaluasi merek
tertentu secara keseluruhan dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Sikap
memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
- Arah
- Intensitas
- Keluasan
- Konsistensi dan spontanitas
(Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986)
Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa sikap dapat
mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap
objek sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat
kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik
keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon
atau menyatakan sikapnya secara spontan. Dari definisi-definisi yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi
perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil
interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi
didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
- Penggunaan Miltiatribute Attitude Model untuk Memahami
Sikap Konsumen
- The attribute-toward object
model:
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu
kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan
evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena
telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap
selanjutnya
- The attitude-toward-behavior
model:
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui
tingkah laku daripada sikap terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan
ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu
- Theory of-reasoned-action
model:
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya
didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek
itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan
menentukan tingkat kepuasan.
- Pentingnya Feeling Dalam Memahami Sikap Konsumen
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya,
melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam
interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995).Loudon dan Bitta
(1984) menulis bahwa sumber pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman
pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok , pengaruh media massa dan
pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swastha dan Handoko (1982)
menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut
mempengaruhi pembentukan sikap. Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995)
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam
diri individu.
·
Pengalaman pribadi
Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak
adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,
cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan
lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang
melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih
lama membekas.
·
Pengaruh orang lain yang dianggap
penting
Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong
oleh keinginan untuk berfaliasi dan keinginan untuk menghindari konflik.
·
Pengaruh kebudayaan
Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi
seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar,
1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu
masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap
berbagai masalah.
·
Media massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
·
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman
akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan
sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap
sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada
umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau
mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti
itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama
sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
·
Faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk mekamisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera
berlalu begitu prustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan bertahan lama.
- Penggunaan Sikap dan Maksud untuk Memperkirakan
Perilaku Konsumen
Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent consistency.
Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut :
1.
Postulat Konsistensi : mengatakan
bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa
yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi
postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung antara sikap danperilaku.
2.
Postulat Variasi Independen :
Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi
perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu
yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
3.
Postulat Konsistensi Kontigensi :
menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh
faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok
dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah
hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku
dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu
situasikesituasilainnya. Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal dalam
menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.
- Dinamika Proses Motivasi
Proses motivasi :
1.
tujuan. Perusahaan harus bias
menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen
dimotivasi ke arah itu.
2.
mengetahui kepentingan. Perusahaan
harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perusahaan semata
3.
komunikasi efektif. Melakukan
komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4.
integrasi tujuan. Proses motivasi
perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan
individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di
atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.
fasilitas Perusahaan memberikan
fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
- Kegunaan dan Stabilitas Pola Motivasi
Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan
(suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang
membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan
biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku
manusia.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi
daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau
bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk
mencapai kepuasan.motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna
mencapai suatu tujuan.
Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan
suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran
kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar
melakukan sesuatu yang diinginkan. Motivasi konsumen yang dilakukan oleh
produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu
perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai
kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting
karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan
yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada
suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit
perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu
lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
- Memahami Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan
hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.
2.
keamanan. Berkenaan dengan
kelangsungan hidup fisik dan keamanan
3.
afiliasi dan pemilikan Kebutuhan
untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
4.
prestasi Keinginan dasar akan
keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
5.
kekuasaaan Keinginan untuk emndapat
kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain
6.
ekspresi diri Kebutuhan
mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang
lain.
7.
urutan dan pengertian Keinginan
untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi
dan pembangunan system lain.
8.
pencarian variasi Pemeliharaan
tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan
sebagai pencarian variasi
9.
atribusi sebab-akibat Estimasi atau
atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
VIII.
Kepribadian
Nilai dan Gaya Hidup
Kepribadian
Kepribadian
adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya(Schiffman dan Kanuk,2000).
Berdasarkan definisi ini maka bias disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah
karakter-karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut,sifat,tindakan
yang membedakan dengan orang lain. Secara praktis konsep kepribadian dapat
didefinisikan sebagai seperangkat pola perasaan,pemikiran dan perilaku yang
unik yang menjadi standar respon konsumen untuk berbagai situasi.
Pola ini
memiliki beberapa cirri khas yaitu:
1. Mencerminkan perbedaan individu
2. Konsisten
3. Psikologis dan fisiologi
4. Kepribadian dapat berubah
5. Kepribadian berinteraksi dengan
situasi
Dimensi
kepribadian :
a. ekstraversi
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak bicara dan tegas.
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak bicara dan tegas.
b. sifat menyenangkan suatu dimensi
kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif dan mempercayai.
c. sifat mendengarkan kata hati suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, dapat
diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi.
d. kemantapan emosional suatu dimensi
kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, bergairah,terjamin
(positif), lawan tegang, gelisah,murung dan tak kokoh (negative).
e. keterbukaan terhadap pengalaman suatu
dimensi kepribadian yang emncirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic
peka dan intelektual.
Nilai
Pola yang
dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alas an seseorang
dalam membelanjakan uang atau sumberdaya yang mereka kelola dan
mereka miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa
terhadap kehidupan,maka akan makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang
barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi.
Gaya Hidup
Gaya hidup
menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup
individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orangmenghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya(ketertarikan)
dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitar.
Konsep Gaya
Hidup dan Pengukurannya
Gaya hidup
adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang
ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir
dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani
siklus kehidupan.
Psikografi
adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan
sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian.
Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Teori
sosio-psikologis melihat dari variabel sosial yang merupakan determinan yang
paling penting dalam pembentukan kepribadian. Teori faktor ciri, yang
mengemukakan bahwa kepribadian individu terdiri dari atribut predisposisi yang
pasti yang disebut ciri (trait).
Konsep gaya
hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan
dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Ada 3 Faktor
yang mempengaruhi Gaya Hidup Konsumen:
1. Kegiatan yaitu bagaimana konsumen
menghabiskan waktunya.
2. Minat yaitu tingkat keinginan atau
perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
3. Pendapat atau pemikiran yaitu
jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
Contoh nyata
pada kehidupan sehari-hari:
Di Amerika
Serikat kelas sosial ini seperti yang diklasifikasikan oleh Coleman menjadi 7
kelas sosial masing-masing kelas Atas-Atas, Atas Bawah, Menengah Atas, kelas
Menengah, kelas Pekerja, Bawah Atas, Bawah-bawah Sementara di Kota Jakarta,
hasil penelitian Sosiologi UI yang tertuang dalam Rencana Umum Pembangunan
Sosial Budaya DKI Jakarta 1994-1995, dapat distratifikasikan dalam lima strata,
yaitu lapisan elite, lapisan menengah, lapisan peralihan, lapisan bawah, dan
lapisan terendah.
Dalam perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup.
Dalam perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup.
Pengukuran
Ganda Perilaku Individu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen:
1) sikap orang lain
2) Faktor situasi tak terduga
Konsumen
mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan,
harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
Ada 5 tahap
proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari:
1) Pengenalan
Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari
pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan
yang diinginkan.
2) Pencarian
Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin
mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan
konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia
cenderung akan membelinya.
3) Pengevaluasian
Alternatif
Cara konsumen memulai usaha
mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan
situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan
kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4) Keputusan
Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen
menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara
umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai,
tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan
keputusan pembelian.
5) Perilaku
Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya
berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa
puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting
diperhatikan oleh pemasar.
Sumber
:
Sumber:
Sumber :
http://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
http://alitinanti.blogspot.com/2011/12/perilaku-konsumen-sikap-motivasi-dan.html
http://alitinanti.blogspot.com/2011/12/perilaku-konsumen-sikap-motivasi-dan.html
No comments:
Post a Comment